Gangguan
Psikologi dan Gangguan Jiwa serta Berhubungan dengan Persalinan
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas Psikologi
Disusun oleh:
Aida Fitri
Desi Arniyanti Lesmana
Eli Herawati
Evi Fitriatul Adawiyah
Hera Rahayu
Ita Novietha Sari
Lia Alfiani Teresia
Marifah Anjasmara
AKADEMI
KEBIDANAN ASSYIFA
TANGERANG
2011-2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………........
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….... 1
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………... 2
1.3 Tujuan
Makalah………………………………………………………….. 2
1.4 Sistematika
Penulisan……………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PSIKOLOGI PADA IBU YANG MENGALAMI PERSALINAN
a)
Pengertian Komunikasi Teurapetik…………………………………….. 4
b)
Tujuan Komunikasi terapeutik Pada Ibu
Dengan Gangguan
Psikologi Saat
Persalinan………………………………………………. 5
c)
Pendekatan Komunikasi Terapeutik………………………………........ 5
d) Sikap
Komunikasi Terapeutik…………………………………………. 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 7
3.2 Saran……………………………………………………………………. 7
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan karunianya yang
berkelimpahan maka kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul Gangguan
Psikologi dan Gangguan Jiwa serta Berhubungan dengan Persalinan. Kami
berharap makalah ini akan menambah wawasan bagi kami.
Kami
menyadari bahwa sebagai mahasiswi kami memiliki keterbatasan kemampuan. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya apabila ada yang berkenan memberikan saran demi perbaikan
isi makalah ini sehingga dapat mewujudkan suatu makalah tentang Gangguan
Psikologi dan Gangguan Jiwa serta Berhubungan dengan Persalinan.
Tangerang,
6 Juni 2012
Penulis
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kehamilan
pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam
kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur,
antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya
semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat
menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang halhal yang
menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu
terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi
juga psikologis (Kartono, 1992).
Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu
pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai
reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala
fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan
lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak
dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).
Peristiwa kelahiran itu bukan hanya merupakan proses
yang fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai
komponen-komponen psikologis. Jika seandainya kelahiran itu cuma
fisiologis saja sifatnya, dan kondisi organisnya juga normal, maka pasti proses
berlangsungnya akan sama saja di mana-mana dan pada setiap wanita, serta tidak
akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas melahirkan
bayi ini cukup bervariasi. Dari yang amat mudah dan lancar sampai pada yang
sangat sukar, baik itu normal maupun abnormal dengan operasi SC dan lain-lain.
Orang menyebutkan beberapa faktor penyebab dari mudah sulitnya aktifitas
melahirkan bayi, antara lain ialah :
a. Perbedaan iklim dan lingkungan
sosial, yang mempengaruhi fungsi-fungsi kelenjar endokrin. Dan kelenjar
endokrin ini sangat penting fungsinya pada saat melahirkan bayi.
b. Cara hidup yang baik atau cara hidup
yang yang sangat ceroboh dari wanita yang bersangkutan, sebab cara hidup
tersebut terutama cara hidup sexualnya mempengaruhi kondisi rahim dan organ
genitalnya.
c. Kondisi otot-otot panggul wanita.
d. Kondisi psikis/kejiwaan wanita yang
bersangkutan.
Orang mendapatkan kesan, bahwa sekalipun kini terdapat
banyak kemajuan di bidang kebidanan dan kedokteran untuk meringankan proses
partus, namun kehidupan psikis wanita yang tengah melahirkan bayinya itu sejak
zaman purba hingga masa modern sekarang masih saja banyak diliputi oleh
macam-macam ketakutan dan ketakhayulan. Oleh karena itu, akan mempengaruhi
emosi pada saat hamil dan proses melahirkan yang menimbulkan kegelisahan dan
ketakutan menjelang kelahiran.
1.2 Rumusan Masalah
1. PSIKOLOGI PADA IBU YANG MENGALAMI PERSALINAN
a)
Pengertian Komunikasi Teurapetik
b)
Tujuan Komunikasi terapeutik Pada Ibu
Dengan Gangguan Psikologi Saat Persalinan
c)
Pendekatan Komunikasi Terapeutik
d) Sikap
Komunikasi Terapeutik
1.3 Tujuan Makalah
Penulisan Makalah
ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dan dapat bermanfaat
bagi kalangan mahasiswa. Secara terperinci tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Diajukan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi.
2.
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan
1.4 Sistematika
Penulisan
Pada pembuatan
makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian dimulai dari:
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Masalah
1.4
Sistematika Penulisan
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1
PSIKOLOGI PADA
IBU YANG MENGALAMI PERSALINAN
A.
Pengertian Komunikasi Teurapetik
B.
Tujuan Komunikasi terapeutik Pada Ibu
Dengan Gangguan Psikologi Saat Persalinan
C.
Pendekatan Komunikasi Terapeutik
D. Sikap
Komunikasi Terapeutik
BAB 3 : PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan
Psikologi dan Gangguan Jiwa serta Berhubungan dengan Persalinan
2.1 PSIKOLOGI
PADA IBU YANG MENGALAMI PERSALINAN
Kegiatan
komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu
yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan.
A.
Pengertian
Komunikasi Teurapetik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain
mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh
perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat
dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam
komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien
menerima bantuan.
Menurut Stuart dan
Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada
pertumbuhan klien meliputi :
·
Realisasi diri, penerimaan diri dan
peningkatan penghormatan terhadap diri.
·
Rasa identitas personal yang jelas dan
peningkatan integritas diri.
·
Kemampuan untuk membina hubungan
interpersonal yang intim dan saling tergantung dengan kapasitas untuk mencintai
dan dicintai.
·
Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.
B.
Tujuan
Komunikasi terapeutik Pada Ibu Dengan Gangguan Psikologi Saat Persalinan.
1. Membantu
pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selamam proses persalinan.
2. Membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
3. Membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan
ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
C.
Pendekatan
Komunikasi Terapeutik.
1. Menjalin
hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
Bidan menerima klien
apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
3. Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
4. Sentuhan
dalam pendampinganklien yang bersalin.
Komunikasi non verbal
kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan bidan terhadap klien
akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
5. Memberi
informasi tentang kemajuan persalinan.
Hal ini diupayakan
untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan.
Pemahaman dapat mengerangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk
menghadapi apa yang akan terjadi
6. Informasi
yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin berikan secara
tertulis. Memandu persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang
bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh.
Misalnya : bidan
meminta klien ketika ada his untuk meneran. Ketika his menghilang, bidan
mengatakan pada ibu untuk bernafas pajang dan rileks.
7. Mengadakan
kontak fisik dengan klien.
Kontak fisik dapat
dilakukan dengan menggosok punggung, memeluk dan menyeka keringat serta
membersihkan wajah klien.
8. Memberikan
pujian.
Pujian diberikan pada
klien atas usaha yang telah dilakukannya.
9. Memberikan
ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan menyatakan ikut
berbahagia.
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan.
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan.
D. Sikap Komunikasi Terapeutik
Lima
sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi
komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :
1. Berhadapan.
Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.
2. Mempertahankan
kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk
ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar
sesuatu.
4. Mempertahankan
sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi.
5. Tetap
rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberi respon kepada klien.
BAB 3
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian
lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh
perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien.
1.2
Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan
tentang gangguan psikologi dan gangguan jiwa serta berhubungan dengan
persalinan, penulis berharap agar mahasiswi dapat mengetahui dan mengatasi
masalah gangguan psikologi yang dialami oleh pasien selama masa persalinan.
DAFTAR
PUSTAKA
Cangara,
Hafid. (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ellis,R.,Gates,
R, & Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan: Teori
dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.
Keliat,
B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo,
S 1997, Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Purwanto,
H. (1998). Komunikasi untuk Perawat. EGC, Jakarta.
Stuart.G.W.
& Sundeen.S.J.(1998) . Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa: Achir Yani S.
Hamid. ed ke-3. Jakarta, EGC
Suryani.
(2005). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktek. Jakarta, EGC.
If you're attempting to lose fat then you absolutely have to get on this totally brand new custom keto diet.
BalasHapusTo produce this keto diet, certified nutritionists, fitness couches, and top chefs have joined together to provide keto meal plans that are efficient, suitable, cost-efficient, and delicious.
From their first launch in January 2019, thousands of clients have already transformed their body and well-being with the benefits a good keto diet can give.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-tested ones offered by the keto diet.